MOHON MAAF ATAS KETIDAKNYAMANAN ANDA ATAS POSTINGAN YANG KURANG, KARENA BLOG INI HANYA DI URUS OLEH SATU ORANG.....

Minggu, 26 Juni 2011

Warga Lombok Masih Takut Menggunakan LPG

Lombok: Program konversi minyak tanah ke bahan bakar liquid petroleum gas (LPG) yang digalakkan pemerintah ternyata menuai banyak masalah, tidak hanya ketakutan masyarakat untuk menggunakan LPG. Lantaran maraknya kasus meledaknya tabung gas yang memakan korban dibeberapa tempat di Indonesia, namun juga menyebabkan melambungnya harga minyak tanah, seperti di KLU. Meski pemerintah gencar melakukan berbagai upaya sosialisasi penggunaan LPG kepada warga, baik di derah perkotaan ataupun pedesaan, namun tetaps aja masih banyak warga yang mengaku belum berani menggunakan tabung gas LPG untuk keperluan memasak setiap harinya.

Di Lombok utara sendiri, saat ini realisasi tabung gas LPG sudah mulai didistribusikan ke warga, namun belum merata disemua kecamatan. Hingga minggu ini baru ada dua kecamatan yang mendapat jatah tabung gas LPG, yakni Kecamatan Pemenang dan Tanjung. Warga Tanjung dan beberapa daerah lainnya di KLU misalnya, walaupun tidak berani menggunakan tabung gas LPG untuk keperluan memasak, namun tabung gas LPG yang didistribusikan pemerintah daerah tetap diterima. Meski warga mengaku tidak akan menggunakannya dengan alasan takut akan meledak.

Permasalahan lain yang muncul adalah melambungnya harga minyak tanah di hampir semua kecamatan di KLU, hingga berita ini diturunkan, harga minyak tanah dipasaran sudah menembus harga 10 ribu per liternya, bahkan ada pengecer yang menjual hingga 15 ribu. Untuk mendapatkan keuntungan lebih, para pengecer menggunakan sistem jual yang sedikit berbeda, yakni dengan menggunakan takaran botolan air minum yang berisi satu setengah liter, dan dijual dengan harga 15 ribu, tentu dengan sistem penjualan seperti itu para pengecer mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi.

Salah seorang warga Tanjung, I Wayan Ardita, mengakuI bahwa warga lainnya memang menerima jatah tabung gas LPG yang disalurkan pemerintah beberapa waktu lalu namun belum tentu mereka berani menggunakannya. Sebab sejauh ini banya kejadian akibat meledaknya tabung gas hingga memakan banyak korban jiwa. “Meski saya mendapat jatah tabung gas LPG, tetapi saya masih tetap menggunakan minyak tanah setiap hari, dan mau tidak mau saya dan warga lainnya terpaksa membeli minyak tanah dengan harga yang mencapai 15 ribu,” ungkapnya.

Dikatakannya, kini tabung-tabung yang didapatkan warga hanya disimpan dirumah, dan tetap menggunakan minyak tanah meski ketersediaannya dipasaran sudah sangat terbatas dan langka. Warga Tanjung lainnya, Seri, mengatakan, warga dihadapkan pada pilihan yang sulit, disatu sisi warga harus membeli keperluan minyak tanah dengan harga yang sangat tinggi, namun di sisi lain warga tidak berani jika diharuskan menggunakan tabung gas LPG untuk mengganti keterbatasan mitan di daerah ini. “Saya terpaksa membeli minyak tanah dengan harga 15 ribu per botol ukuran satu setengah liter, karena saya masih takut menggunakan tabung gas,” jelasnya.

Penggunaan tabung gas LPG, menurut Seri, memang sering disosialisasikan pemerintah, baik secara langsung disetiap kecamatan, ataupun melalui media-media cetak dan televisi, namun tetap saja tidak berani mengingat hingga saat ini masih banyak kasus meledaknya tabung gas yang menyebabkan warga meninggal.

Sementara salah seorang pengecer mitan di Tanjung, menjelaskan, sejak dua minggu terakhir ini ketersediaan minyak tanah sudah sangat langka khususnya di Tanjung, saya pun harus membeli dengan harga mahal, tentunya saya jual dengan harga yang sesuai dengan kisaran harga pembeliannya. “Mungkin karena langka, makanya harganya naik drastis,” jelasnya singkat.

Berdasaarkan pantauan dibeberapa desa yang ada di Kecamatan Tanjung dan Pemenang, banyak warga yang menolak pemberian tabung gas, sehingga menyebabkan tabung-tabung gas LPG itu menumpuk di tempat pendistribusiannya.

Sumber: Citizen

20 KK Kalimantan Masih Mengunakan MITAN

Kalimantan: Walau konversi minyak tanah ke gas sudah berjalan pada tahap pertama serentak di Kalimantan Selatan, namun pembagian gas dari pemerintah Pusat tersebut ternyata menyisakan sedikit kekecewaan pada warga Desa Kenanga Tunggul Irang, seberang kabupaten Banjar. Karena lebih dari 20 kepala keluarga di desa ini tidak medapatkan haknya. Warga tersebut hanya mendapatkan kupon untuk pengambilan gas namun Elpiji beserta Gas tidak di berikan. Alasan pihak kelurahan tidak memberikan karena 20 kk tersebut bukan warga asli Desa Tunggul Irang melainkan pendatang padahal warga tersebut banyak yang sudah memiliki KTP dan KK  setempat.

Warga pun berharap kepada pihak terkait agar jangan membedakan dalam pembagian konfrensi gas tersebut. Sebab jika seterusnya 20 kk tersebut tidak mendapatkan konfrensi gas tentu banyak uang yang dikeluarkan oleh mereka karena harus membeli minyak tanah yang sekarang sudah mencapai harga tujuh ribu per liternya. Harga tersebut akan terus naik karena di Martapura, Kalimantan Selatan, persediaan minyak tanah sudah mulai langka jika ada dalam beberapa jam saja minyak tanah sudah habis.

Sumber:  Citizen

Wanita Nikahi Jenazah Tunangannya

Prancis: Seorang wanita asal Prancis cinta mati kepada kekasihnya, hingga tetap menikahi jasad tunagannya di kuburan. Seperti diwartakan Dailymirror, Jumat (23/6), Karen Jumeaux tetap menikah dengan  Anthony Maillot yang telah meninggal dua tahun lalu.
Mereka bertunangan 2007 silam. Tapi, Anthony tewas 2009 silam akibat kecelakaan. Sejak itu, Karen berusaha untuk tetap menikahi tunangannya, meskipun harus melakukan berbagai cara, termasuk meminta persetujuan dari Presiden Perancis Nicolas Sarkozy.
Akhirnya Karen bisa menikah dengan Anthony karena mendapatkan jaminan khusus. Dengan mengenakan gaun putih, Karen menikah di tempat Anthony dimakamkan di Dizy-le-Gros, Perancis Timur, disaksikan oleh keluarga dan teman dekatnya. Karen dan Anthony telah memiliki satu putra. Anthony meninggal sebelum hari pernikahannya.
"Anthony adalah cinta pertama dan terakhir saya. kami telah bersama selama empat tahun. Sekarang, saya adalah isterinya. Saya akan selalu mencintainya," ungkap Karen sambil menitikkan air mata. Ia menambahkan, seharusnya ia bisa membesarkan anak dengan Anthony, tapi takdir berkata lain.
Pakar hukum Prancis mengatakan bahwa Karen ingin menikah lagi, wanita berusia 22 tahun itu harus tetap melayangkan gugatan cerai. (Vin)