MOHON MAAF ATAS KETIDAKNYAMANAN ANDA ATAS POSTINGAN YANG KURANG, KARENA BLOG INI HANYA DI URUS OLEH SATU ORANG.....

Senin, 06 Februari 2012

Pembunuh 100 Nyawa Masuk Surga

Share This :



Dari Abu Sa’id Al-Khudri RA bahwa Rasulullah SAW  bersabda, “Sebelum kalian (dari kalangan bani Israil) ada seorang lelaki yang telah membunuh  99 jiwa, kemudian dia bertanya tentang orang yang paling pandai di muka bumi ini. Dia diberitahu adanya seorang ahli ibadah, dia pun ,mendatanginya, dia berkatabahwa dia telah membunuh 99 jiwa, apakah ada kesempatan untuk bertaubat?. Ahli ibadah itu menjawab, ‘Tidak’. Kemudian lelaki tadi dibunuhnya, sehingga dia menyempurnakan jiwa yang telah dia bunuh menjadi 100. Dia bertanya lagi tentang orang yang paling alim di duna ini. Dia diberitahu adanya seorang alim. Dia bertanya kepadanya, bahwa dia telah membunuh 100 jiwa, apakah ada kesempatan untuk bertaubat?. Orang alim itu berkata ‘Ya’. Apa yang menjadi penghalang untuk bertaubat. Pergilah ke daerah itu, di dalamnya ada banyak orang yang bertaubat kepada Allah SWT, maka beribadahlah kepada Allah SWT dengan mereka. Dan jangan kembali ke daerahmu, karena ia merupakan tempat yang dipenuhi dengan keburukan. Lelaki itu kemudian pergi meninggalkannya dan menuju tempat yang disarankan. Ketika di pertengahan jalan Malaikat Maut mengambil ruhnya (Ia meninggal dunia). Malaikat pembawarahmah dan Malaikat pembawa adzab berselisih tentangnya. Malaikat rahmat berkata, ‘Dia telah datang dengan bertaubat kepada Allah SWT’. Malaikat adzab berkata, ‘Dia tidak pernah melakukan kebaikan sedikitpun’. Datanglah seorang Malaikat dalam bentuk manusia sebagai penengah di antara keduanya. Dia berkata, ‘Ukurlah antara kedua daerah tersebut, mana yang lebih dekat, maka itu adalah bagiannya’. Kedua Malaikat itu pun melakukannnya, dan mendapatinya lebih dekat kepada daerah yang dituju. Kemudian Malaikat Rahmat membawanya .”
(HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Kisah dalam hadits ini shahih yang disebutkan oleh Imam al-Bukhari dan Imam Muslim. Di dalam kisah ini terdapat banyak pelajaran yang sangat berharga bagi kita semua.

1.      Allah SWT menciptakan manusia dengan tujuan tertentu, yaitu agar manusia menghamba hanya kepada Maha Pencipta dengan melaksanakan segala apa yang diperintahkan dan meninggalkan segala laranganNya (taqwa). Penyelewengan atas prinsip ini merupakan jalan-jalan syetan yang menyesatkan manusia. Allah SWT berfirman, artinya : “Dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan adalah musuh yang nyata bagimu”.
(QS. Al-Bakarah : 168)
Qatadah RA ditanya tentang makna firman Allah SWT diatas , beliau berkata , “Segala bentuk kemaksiatan terhadap Allah SWT merupakan langkah-langkah syetan”.

2.      Setaiap anak Adam pasti melakukan banyak kesalahan. Dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah yang bertaubat. Rasulullah SAW bersabda, “Setiap anak Adam akan disentuh oleh syetan pada hari dia dilahirkan ibunya, kecuali Maryam dan Anaknya”. (HR. Muslim)
Dalam hadits lainnya Rasulullah SAW bersabda. “Setiap anak Adam pasti melakukan banyak kesalahan, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah yang bertaubat”.
(HR. Ibnu Majah dan dihasankan Syaikh Al-Albani)

3.      Taubat merupakan kewajiban bagi setiap hamba Allah SWT yang banyak dipenuhi kesalahan. Sebesar apa pun dosa yang dilakukan, taubat akan menjadi solusi utama menuju jalan kebahagiaan, kecuali dosa menyekutukan Allah SWT. Allah SWT berfirman, artinya: “Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling , maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat”. (QS. Huud : 3).
Firman Allah SWT, artinya: “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung”. (QS. An-Nuur : 31).

4.      Agar taubat yang dilaksanakan diterima oleh Allah SWT, (pelakunya mendapatkan ampunan dari-Nya), maka beberapa syarat harus dipenuhi. Imam Namawi mengatakan dalam kitab “Riyadhu Ash-Shalihin”, “Taubat wajib dilakukan atas setiap dosa, jika kemaksiatan berkaitan dengan seorang hamba dan Allah SWT dan tidak ada hubungannya dengan hak orang lain, maka mempunyai 3 syarat; meninggalkan kemaksiatan tersebut, menyesal atas perbuatannya dan berjanji untuk tidak mengulang kembali. Jika kemaksiatannya berkaitan dengan hak orang lainnya, maka syaratnya; 3 syarat diatas dan membebaskan diri dari hak tersebut”.

5.      Orang alim dalam hadits diatas memberikan beberapa nasihat kepada pelaku pembunuhan tersebut, agar jalan menuju pertaubatan semakin mudah dan tidak menemui hambatan yang berarti. Nasihat –nasihat tersebut merupakan sarana-sarana yang efektif menuju taubat kepada Allah SWT, sarana-sarana tersebut adalah:

a.       Meninggalkan teman—teman yang dulunya tenggelam bersama-sama dalam kemaksiatan, Rasulullah SAW bersabda, “Agama seseorang dilihat dari temannya. Hendaklah salah seorang diantara kalian melihat siapa yang akan dijadikan teman.”.
(Hadits Shahih Riwayat Tarmidzi dan Abu Dawud).
Dalam hadits lain Rasullah SAW bersabda, “Janganlah berteman kecuali dengan orang yang taqwa, dan jangan memakan makananmu kecuali orang yang taqwa”.
(HR. Tarmidzi dan Abu Dawud dan dihasankan Syaikh Al-Albani).

b.      Meninggalkan tempat atau daerah yang banyak dilakukan kemaksiatan di dalamnya, menuju tempat yang dipenuhi dengan ketaatan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Firman Allah SWT, artinya: “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”.
(QS. Al-A’raf : 96)

c.       Berteman dengan orang-orang yang bertaqwa dan taat kepada Allah SWT, Rasulullah SAW bersabda, “Perumpamaan teman yang baik dan teman yang jelek seperti penjual minyak angi dan pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin dia akan memberikannya kepadamu atau kamu membeli darinya atau kamu mendapatkan bau yang harum darinya. Sedang pandai besi mungkin membakar bajumu atau kamu akan mendapatkan bau yang tidak sedap”.
(HR. Al-Bukhari dan Muslim).

6.      Perbedaan antara ahli ibadah dengan orang alim. Ahli ibadah banyak melakukan ibadah tetapi terkadang kurang memahami atau bahkan tidak mengetahui ilmu (syariat Islam), sehingga lebih banyak merusak daripada memperbaiki. Sedangkan orang alim segala aktifitasnya didasarkan atas ilmu, yaitu petunjuk Al-Quran dan Sunnah. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya keutamaan orang alim atas ahli ibadah seperti purnama atas seluruh bintang, dan sesungguhnya para ulama’ adalah pewaris para nabi. Para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, tetapi mewariskan ilmu, maka barangsiapa mendapatkannya, ia akan memperoleh bagian terbesar”.
(HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah, disahihkan oleh Syaikh al-Albani). (Nizar Sa’ad Jabal)


Sumber : Buletin Dakwah An-Nur

Posting yang berkaitan



0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

Silahkan Tinggalkan Komentar, Kritik & Saran yang Sopan dan Tanpa Spam...